Bahan Ajar Jurnalistik
Jurnalistik merupakan ilmu yang akrab dengan masyarakat
sehari-hari.Ia ada di televisi, majalah, koran, radio dan internet.
Jurnalistik dengan kelenturannya juga bisa masuk di berbagai disiplin ilmu. Ia
tidak hanya mengasah keterampilan menulis bagi orang yang mempelajari
jurnalistik namun lebih jauh mengajak orang untuk berfikir lebih dalam,
bagi orang yang mempelajarinya.
Mengapa Ekstrakurikuler Jurnalistik?
Ekstrakulikuler Jurnalistik, dimaksudkan untuk membangun
kelompok-kelompok jurnalistik di tingkat siswa. Hal ini merupakan upaya
pensiasatan untuk kalangan siswa mengisi waktu senggangnya selepas kegiatan
pendidikan wajib di sekolah.Upaya ini, juga berjalan beriringan dengan program
pendidikan nasional, kurikulum berbasis kompetensi.Kompetensi yang ditawarkan
dalam program ini adalah menulis.Ragam penulisan yang sedemikian banyak bisa
menjadi pilihan para siswa untuk mengekspresikan dirinya.Membuat cerita pendek,
puisi, tulisan berita dan novel.Di luar ekspresi-ekspresi yang telah menjadi
paradigma para siswa “nongkrong di mall, nonton di bioskop, main playstation,
bahkan tawuran”.
Biasanya, sekolah-sekolah memiliki media majalah dinding
atau majalah sekolah.Yang dikelola bersama guru dan siswa.Hal ini merupakan
kegiatan yang sangat positif.Namun, kegiatan jurnalistik tidak berhenti begitu
saja seusai majalah dinding dikreasi atau majalah/ tabloid sekolah
diterbitkan.Ada banyak pendalaman yang bisa dilakukan untuk lebih mengasah
bakat dan kemampuan jurnalistik/ menulis seseorang.
Disini kami hadir untuk menjadi solusi bagi sekolah yang
ingin membuat media cetak sebagai alat publikasi jurnalistik. Kami akan
hadirkan sesuatu yang inovatif dan kreatif sehingga majalah/ tabloid sekolah
yang dihasilkan dapat menjadi sebuah majalah yang menarik hati dan membuat
orang nyaman ketika membacanya.
Dasar-dasar Jurnalistik
Pesatnya kemajuan media informasi dewasa ini cukup
memberikan kemajuan yang signifikan.Media cetak maupun elektronik pun saling
bersaing kecepatan sehingga tidak ayal bila si pemburu berita dituntut
kreativitasnya dalam penyampaian informasi.Penguasaan dasar-dasar pengetahuan
jurnalistik merupakan modal yang amat penting manakala kita terjun di dunia
ini.Keberadaan media tidak lagi sebatas penyampai informasi yang aktual kepada
masyarakat, tapi media juga mempunyai tanggung jawab yang berat dalam
menampilkan fakta-fakta untuk selalu bertindak objektif dalam setiap
pemberitaannya.
Apa Itu Jurnalistik?
Menurut Kris Budiman, jurnalistik (journalistiek, Belanda)
bisa dibatasi secara singkat sebagai kegiatan penyiapan, penulisan,
penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media
tertentu.Jurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan sampai kepada
penyebarannya kepada masyarakat.Sebelumnya, jurnalistik dalam pengertian sempit
disebut juga dengan publikasi secara cetak. Dewasa ini pengertian tersebut
tidak hanya sebatas melalui media cetak seperti surat kabar, majalah, dsb.,
namun meluas menjadi media elektronik seperti radio atau televisi. Berdasarkan
media yang digunakan meliputi jurnalistik cetak (printjournalism), elektronik
(electronicjournalism).Akhir-akhir ini juga telah berkembang jurnalistik secara
tersambung (onlinejournalism).
Sedang
jurnalistik merupakan suatu aktifitas dalam menghasilkan berita maupun opini.
Mulai dari perencanaan, peliputan dan penulisan yang hasilnya disiarkan pada
public atau khalayak pembaca melalui media/pers. Dengan kata lain jurnalistik
merupakan proses aktif untuk melahirkan berita.
Hasil
dari proses jurnalistik yang kemudian menjadi teks yang dimuat di media,
berupa berita maupun opini.
BAB
I
PERS
DAN BERITA
A. Pengetahuan
Tentang Pers Dan Jurnalistik
Secara
bahasa, Pers berarti media. Berasal dari bahasa Inggris press yaitu
cetak. Apakah media itu berarti hanya media cetak?Tentunya tidak.Pada awal
kemunculannya media memang terbatas hanya pada media cetak.Seiring percepatan
tekhnologi dan informasi, ragam media ini kemudian meluas. Muncul media
elektronik: Audio, audio visual (pandang-dengar) sampai internet. Jadi pers
adalah sarana atau wadah untuk menyiarkan produk-produk jurnalistik.
B. Fungsi Pers
a. Menyiarkan
informasi; hal ini merupakan fungsi yang pertama dan utama karena khalayak
pembaca memerlukan informasi mengenai berbagai hal di bumi ini.
b. Mendidik (to educate); artinya
sebagai sarana pendidikan massa (mass education). Adapun isi dari media atau
hal yang dimuat dalam media mengandung unsur pengetahuan khalayak pembaca
pengetahuannya.
c. Menghibur
(to entertaint), khalayak pembaca selain membutuhkan informasi juga membutuhkan
hiburan. Ini juga menyangkut minat insani.
d. Mempengaruhi (control social); tidak
dapat dipungkiri dalam kehidupan ini ada kejanggalan-kejanggalan, baik langsung
ataupun tidak langsung, berdampak pada kehidupan social. Pada fungsi ini media
dimungkinkan menjadi control social, yang karena isi dari media sendiri
bersifat mempengaruhi.
C. Teori Pers
Fred S.
Slebert, Thedorre Peterson dan Wilbur Schamm menyatakan bahwa pers di dunia
saat ini dapat dikatagorikan menjadi: Authorian Pers, social Responbility
Pers dan Soviet Communist Pers. Adapun teori Soviet Communist Pers hanyalah
perkembangan dari teori authoritarian Pers. Pada teori itu fungsi pers sebagai
media informasi kepada rakyat oleh pihak penguasa mengenai apa yang mereka
inginkan dan apa yang harus didukung rakyat.
Sedangkan
teori Sosial Rseponbility merupakan perkembangan dari teori Lebertarian Pers.
Dan teori ini adalah kebalikan dari teori autoritarian pers, dimana pers bebas
dari pengaruh pemerintah dan bertindak sebagai Fouth State. Pada teori ini pers
menempatkan posisinya sebagai tanggung jawab social.
D. Apa Itu Berita?
Secara
sederhana berita merupakan laporan seorang wartawan/jurnalis mengenai fakta. Karena
ada banyak fakta dalam kehidupan atau realitas social. lantas apakah
fakta/realitas merupakan berita?Tidak? Fakta itu akan menjadi berita setelah
dilaporkan oleh seorang wartawan. Karena itu berita merupakan
konstruksi dari sebuah fakta. Lantas seperti apa fakta yang semestinya
dilaporkan wartawan lalu menjadi berita? Secara teoritis ada banyak sekali
ukuran, namun secara umum ukuran itu dibagi dua yakni penting dan menarik.
Kemudian, seberapa penting dan menarikkah suatu peristiwa itu layak dijadikan
berita?Maka untuk mempertimbangkan hal tersebut dibutuhkan nilai-nilai sebagai
pertimbangan untuk menentukan suatu peristiwa itu layak dijadikan berita.Dalam
jurnalistik nilai-nilai tersebut disebut dengan News Value (nilai
berita).
E. Objek Berita
Karena
berita adalah laporan fakta yang ditulis oleh seorang jurnalis, maka objek
beritanya adalah fakta. Dan fakta dalam jurnalsitik dikenal dalam beberapa
kriteria, yaitu:
a. Peristiwa,
adalah suatu kejadian yang baru terjadi, artinya kejadian itu hanya sekali
terjadi.
b. Kasus, adalah merupakan kejadian
yang tidak selesai setelah peristiwa terjadi. Maksudnya kejadian tersebut
meninggalkan kejadian selanjutnya, peristiwa melahirkan peristiwa
berikatnya.Maka kejadian demi kejadian tersebut disebut dengan kasus.
c. Fenomena,
adalah merupakan suatu kasus yang ternyata tidak terjadi hanya pada batas
teritorial tertentu, artinya kasus tersebut sudah mewabah, terjadi dimana-mana.
F. Nilai-nilai
Berita (News Value)
Secara
umum nilai berita ditentukan oleh 10 komponen. Semakin banyak komponen tersebut
dalam berita maka semakin besar nilai khalayak pembaca terhadap berita
tersebut, secara lebih rinci dapat diringkaskan sebagai berikut:
a. Kedekatan (Proximity), peristiwa yang memiliki kedekatan dengan khalayak, baik secara
geografis maupun psikis.
b. Bencana (Emergency), tiap manusia
membutuhkan rasa aman. Dan setiap rasa aman akan menggugah perhatian setiap
orang.
c. Konflik (Conflict), ancaman terhadap rasa aman yang ditimbulkan manusia.
Konflik antar individu, kelompok maupun Negara tetap akan mengugah perhatian
setiap orang.
d. Kemashuran (Prominence), biasanya rasa ingin tahu terhadap seseorang yang
menjadi Public figure cukup besar.
e. Dampak (Impact), peristiwa yang
memiliki dampak langsung dalam kehidupan khalayak/masyarakat.
f. Unik, manusia cenderung ingin tahu tentang segala hal yang unik,
aneh dan lucu. Hal-hal yang belum pernah atau tak biasa ditemui dalam kehidupan
sehari-hari dan menarik perhatian.
g. Baru (Actual), suatu peristiwa yang baru terjadi akan memancing minat orang
untuk mengetaui.
h. Kontroversial, suatu peristiwa yang bersifat controversial akan
menarik untuk diketahui karena mengandung kejanggalan.
i. Human Interest, derita cenderung dijahui
manusia, dan derita sesame cenderung menarik minat untuk mengetahui. Karena
manusia menyukai suguhan informasi yang mengesek sisi kemanusiaan.
j. Ketegangan (Suspense), sesuatu yang membuat manusia ingin mengetahui apa yang
terjadi cenderung menarik minat, karena orang ingin tahu akhir dari peristiwa.
Namun
sering kali ditemui dalam beberapa media yang melaporkan peristiwa yang sama.
Ini karena perbedaan sudut pandang (angel) yang diambil
wartawan dalam menulis berita.
G. Unsur Berita
Diketahui
bahwa berita merupakan hasil rekonstruksi dari fakta (peristiwa) oleh wartawan,
maka doperlukan perangkat untuk merekonstruksi peristiwa tersebut.Berangkat
dari pemikiran bahwa pada umumnya manusia membutuhkan jawaban atas rasa ingin
tahunya dalam enam hal. Maka dari itu materi berita digali melalui enam pokok
unsure tersebut; meliputi apa (what), siapa (who), dimana (where), kapan(when), mengapa (why),
bagaimana (how) Kemudian dikenal sebagai 5W+1H.
H. Sifat Berita
a. Mengarahkan (Directive), karena
berita ini dapat mempengaruhi khalayak, baik disengaja atau tidak. Maka berita
ini sifatnya mengarahkan
b. Menbangkitkan
Perasaan (effectife), melalui berita ini dapat membangkitkan
perasaan public
c. Memberi
Informasi (Informatife), berita in harus memberi informasi
tentang keadaan yang terjadi sehingga memberi gambaran jelas dan menjadi
pengetahuan public.
I. Kaidah-kaidah Penulisan Berita
Dalam
penulisan berita, dalam hal ini menkonstruk peristiwa (fakta) tidaklah
semena-mena.Penulisan berita didasarkan pada kaidah-kaidah
jurnalistik.Kaidah-kaidah tersebut biasa dikenal dengan konsep ABC (Accuracy,
Balance, Clarity).
a.
Accuracy (akurasi)
Disebut
sebagai pondasi segala macam penulisan bentuk jurnalistik. Apabila penulis
ceroboh dalam hal ini, artinya sama dengan melakukan pembodohan dan membohongi
khalayak pembaca. Untuk menjaga akurasi dalam penulisan berita, bila perlu
perhatikan beberapa hal berikut:
1.
Dapatkan berita yang benar
2.
Lakukan re-cek terhadap data yang
diperoleh
3.
Jangan mudah berspekulasi denga isu
atau desas-desus
4.
Pastikan semua informasi dan data
yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan kewenangan dan keabsahannya.
b.
Balance (Keseimbangan)
Ini
juga menjadi kaidah dalam penulisan berita. Sering terjadi sebuah karya
jurnalistik terkesan berat sebelah dengan menguntungkan satu pihak tertentu
sekaligus merugikan pihak lain. Keseimbangan dimungkinkan dengan mengakomodir
kedua golongan (misalnya dalam penulisan berita tentang konflik).Hal demikian
dalam jurnalistik disebut dengan “Both Side Covered”.
c.
Clarity (Kejelasan)
Factor
kejelasan bisa diukur apakah khalayak mengerti isi dan maksud berita yang
disampaikan, bukan jelas dalam konteks teknis, namun lebih condong pada factor
topic, alur pemikiran, kejelasan kalimat, kemudian pemahaman bahasa dan
pernyaratan penulisan lainnya.
J. Struktur/Susunan Penulisan Berita
Dalam
berita terdapat struktur atau susunan berita juga memiliki bagian-bagian.Maka
sebelum mengenal struktur penulisan berita terlebih dulu kita mengenal
bagian-bagian berita.Dimana bagian-bagian tersebut dari Kepala Berita atau
Judul (Head News). Topi Berita, menunjukan lokasi peristiwa dan
identitas media (misalnya, Surabay SP) biasanya digunakan dalam penulisan Straight
News, intro diletakkan setelah judul berfungsi sebagai
penjelas judul dan gambaran umum isi berita.Tubuh berita (news
body), bisa dikatakan sebagai isi berita.
Adapun
strukrur penulisan berita sebagai berikut:
a. Piramida
Terbalik: artinya pokok atau inti berita diletakkan di awal-awal paragraph (1-2
paragraf) dan bukan berarti paragraph selanjtnya tidak penting. Cumin bukan
merupakan inti berita.Biasanya ini digunakan dalam penulisan staright news.
b. Balok
tegak: artinya pokok atau inti berita tidak hanya diletakkan di awal paragraph.
Terdapat di awal, tengah dan akhir paragraph.Biasanya ini digunakan dalam
penulisan depth news (Indepth reporting ataupun investigasi reporting).
Jenis Berita
Ada
dua jenis berita, yakni soft news dan hard news.Hard news adalah berita
mengenai peristiwa yang terjadi saat itu dan penting diketahui publik.Kategori
berita ini sangat dibatasi oleh waktu dan aktualitas.Soft news adalah
berita yang berhubungan dengan kisah manusiawi.Kategori berita ini tidak
ditemukan waktu dan aktualitas, melainkan menyajkan informasi yang menyentuh
emosi dan perasaan para khalayak.
BAB
II
PENGGALIAN
BERITA
Dalam
membuat berita, data menempati posisi penting, karena melalui datalah peristiwa
(fakta) dapat dilaporkan. Data merupakan “mind” (rekaman) dari
suatu peristiwa. Dan penulis (jurnalis) menyajikan knstruksi dari
peristiwa/fakta tersebut yang disusun dari berbagai data.
Ada
beberapa cara untuk penggalian data tersebut. Pertama, melalui
pengamatan langsung penulis (observasi) untuk mendapatkan data tentang
kejadian. Kedua, melakukan wawancara terhadap seseorang yang
terlibat langsung (sekunder) dalam suatu kejadian.Wawancara juga dimaksudklan
untuk melakukan Cross Chek demi akurasi data yang diperoleh melalui pengamatan
(observasi).Ketiga, selain dua perangkat tersebut data juga bisa diperoleh
melalui data literary terhadap dokumen-dokumen dengan suatu fakta kejadian
ataupun fenomena (jika dimungkinkan) data demikian dianggap penting.
B. Obeservasi
Ini
dilakukan pada tahap awal pencarian data tentang sesuatu.Dalam pengamatan
sangat mengandalkan kepekaan inderawi (lihat, dengar, cium, sentuh) dalam
mengamati realitas.Namun dalam pengamatan tersebut seorang observator tidak
boleh melakukan penilain terhadap realitas yang diamati.
Kegiatan
observasi terkait dengan pekerjaan memahami realitas detail-detail kejadian
yang berlangsung.Untuk itu diperlukan upaya memfokuskan pengamatan pada obyek-obyek
yang tengah diamati.
Observasi
memerlukan daya amatan yang kritis, luas.Namun tetap tajam dalam mempelajari
rincian obyek yang ada dihadapannya. Untuk mendapatkan pengamatan yang
obyektif si pengamat harus bisa mengontrol emosional dan mampu menjaga
jarak dengan segala rincian obyek yang diamati.
Dalam
penggalian data melalui observasi ini sifatnya langsung dan orsinil.Langsung
artinya dalam pengamatannya tidak berdasarkan teori, pikiran dan pendapat.Ia
menemukan langsung apa yang hendak dicarinya. Orsinil artinya hasil amatannya
merupakan hasil serapan indranya bukan yang dilaporkan orang lain. Dan untuk
selanjutnya akan dibahas secara lengkap mengenai jenis pengamatan, mulai
pengamatan I, II, III dan IV.
a.
Pengamatan I
Tahap
ini merupakan langkap untuk memfokuskan kesadaran dan kepekaan penginderaan
pada suatu obyek yang telah ditentukan agar mampu untuk mendeskripsikannya.Hal
ini dimaksudkan untuk membedah kesadaran antara obyektifitas dan subjektifitas,
antara fakta dan imajinasi sebagai bagian dari news.Dari sini diusahakan untuk
mampu mendeskripsikan keberadaan benda mati ke dalam
bentuk sebuah tulisan.
Maksimalisasi
panca indera sangat ditonjolkan untuk memfokuskan kesadaran dan kepekaan
penginderaan secara deskriptif. Dalam pendeskripsian ini harus
mengoptimalkan kemampuan indera dalam meggambarkan sebuah benda tanpa
menyebutkan sifat objek. Sebab jika mengungkapkan sifat pada sebuah objek, maka
deskripsi akan bersifat subjektif.
Karena
itu diperlukan batasan antara objektifitas dan subjektifitas. Objektifitas
dapat berpatokan pada: posisi letak, ukuran, warna, bahan, kedudukan, akurasi,
identitas, dan non justification. Sedangkan subjektifitas dalam pendeskripsian
dapat di lihat dari: keadaan, agak/ kemiripan, imajinasi pendapat pribadi, gaya
bahasa banyak mengulas mengulas, mengungkapkan sifat, fungsi/ normative dan
suasana.
Keduanya
dapat dijadikan pisau dalam menganalisa suatu objek. Selanjutnya dari hasil
deskripsi, seorang yang membacanya dapat menyimpulkan sendiri berdasarkan data.
b.
Pengamatan II
Dalam
tahap ini deskripsi objek lebih di tingkatkan lagi pada benda bergerak/
hidup.Dengan prinsip yang tidak jauh berbeda dengan pengamatan I. kemampuan
indera lebih dipertajam untuk memperoleh deskripsi yang maksimal.Pembatasan
wilayah objektifitas dan subjektifitas tetap ditekankan, namun disini lebih di
kembangkan untuk penentuan fokus pengamatan pada objek.
Dengan
demikian selanjutnya akan lebih mengarahkan deskripsi pada focus benda (supaya
tidak meluas). Pengungkapan kondisi dan suasana lingkungan dapat dimasukkan
dalam pengamatan ini yang berusaha untuk memberikan deskripsi secara utuh
(holistic)
c.
Pengamatan III
Tahap
ini akan mengamati sebuah gambar atau foto dari sebuah peristiwa. Praktisnya
adalah berusaha untuk membangun analisis dan deskripsi objektif dari sebuah
gambar atau foto yang dianggap sebagai dunia nyata sekaligus pengamat
diposisikan seolah-olah berada dalam keadaan tersebut.
Dalam
penagmatan ini diupayakan untuk memfokuskan kesadaran dan kepekaan penginderaan
pada peristiwa dunia dalam gambar tersebut.Aktualisasi analisis dapat dilakukan
dengan mengajukan dan menuliskan pernyataan sebanyak-banyaknya tentang
peristiwa yang diamati.Selanjutnya dapat diminta untuk mengajukan dan
menuliskan kemungkinan jawaban atas setiap pertanyaannya.
Focus
kesadaran penginderaan benar-benar harus dicurahkan untuk mendapatkan deskripsi
yang detail dan akurat. Hasil pengamtan ini dapat dijadikan tolak ukur sehingga
kekuatan dan kemampuan seseorang jurnalis dalam menganalisa memecahkan
persoalan sekaligus kemudian menuangkannya dalan tulisan.Untuk mempertajam
analisa dapat ditambah dengan perinsip 5 W + 1 H.
d.
Pengamatan IV
Pengamatan
ini akan memfokuskan kesadaran dan kepekaan indera pada sebuah peristiwa nyata
untuk kemudian dideskripsikan. Di sini para calon jurnalis dapat menggali data
dengan alat bantu wawancara maupun cara lain yang berkaitan dengan perristiwa
tersebut. Hanya saja titik tekan lebih pada proses pengamatan (indera). Yang
kemudian prinsip 5 W + 1 H dalam tahap ini dapat di aplikasikan secara langsung
dan menyeluruh.
Dalam
tahap ini sebanarnya dinding pemisah antara subjektifitas dan objektifitas
sangat tipis.Apa yang di anggap objektifitas oleh seseorang bisa dianggap
subjektifitas oleh orang lain, begitu pula sebaliknya. Misalnya kita analogikan
dengan sebuah pernyataan “agama itu baik bagi manusia” atau “agama itu tidak
baik bagi manusia”. Sehingga kemungkinan orang akan mengatakan pernyataan
pertama benar dan objektif dengan alasan misalnya banyak orang telah
membuktikan kebaikan agama. Tetapi dengan alasan dan bukti berbeda, orang lain
akan membenarkan pernyataan kedua.
Begitu
pula dalam subuah peristiwa, bahwa objektifitas dan subjektifitas pendapat
orang akan bersifat relative, tergantung pada siapa yang mengatakan dan dalam
kondisi bagaimana. Subjektifitas akan dikatakan objektif apabila dikautkan
dengan pendapat seseorang, dalam arti bukan pendapat penulis/ jurnalis.
C. Wawancara
Wawancara
merupakan aktifitas yang dilakukan dalam jurnalistik untuk memperoleh
data.Dalam menggali data tidak mungkin bag seorang jurnalis untuk menulis
berita.Hanya mengandalkan hasil observasi, tanpa melakukan wawancara.Karena
dengan wawancara bisa memperoleh kelengkapan data tentang peristiwa atau fenomena.
Juga dengan wawancara seorang jurnalis melakukan cross chek atau recheck dari
data yang diperoleh sebelumnya demi akurasi data.
Perlu
diperhatikan bahwa wawancara bukanlah proses Tanya jawab “saya bertanya-anda
menjawab” wawancara lebih luas dari proses tanya jawab. Pewawancara dan yang
diwawancarai berbagi pekerjaan “membagun ingatan” tujuan umumnya merekonstruksi
kejadian yang entah baru terjadi atau lampau. Dalam aktifitas ini (wawancara)
pewawancara dan yang diwawancarai akan membangun kembali ingatan-ingatan
tersebut.
a. Tekhnik
Wawancara
Menguasai permasalahan. Ini penting
untuk menghindari Miss Understanding antara pewawancara dan yang diwawancarai.
Ajukan pertanyaan yang lebih
spesifik
Pertanyaan yang lebih spesifik akan
lenbih membantu dan mempermudah dalam mengarahkan topic pembicaraan
Jangan menggurui
Karena wawancara bukan proses tanya
jawab, tetapi aktifitas membangun ingatan terhadap peristiwa yang baru terjadi
atau telah lampau.
D. Study Literary
Suatu
data tidak hanya di peroleh melalui pengamatan dan wawancara tetapi bisa juga
memanfaatkan (melacak) data-data yang terdokumentasikan. Pencarian data-data
yang terdokumentasikan juga sangat dipertimbangkan keabsahannya (valid)dan
dapat dipertanggung jawabkan, misalnya Keppres, Tap MPR, Undang-undang. Tidak
mungkin di dapatkan melalui didapatkan melalui pengamatan ataupun
wawancara.Kebutuhan data yang seperti itulah sangat memungkinkan dan merupakan
keharusan untuk pencarian data yang terdokumentasikan.Dan biasanya data-data
yang seperti itu validitasnya dapat dipertanggungjawabkan.
Karena
tingkat validitas data itu harus dipertanggungjawabkan maka dalam pencarian dan
seseorang jurnalis harus hati-hati memanfaatkan dokomentasi yang sudah ada
pemanfaatan data yang terdokumentasikan tidak terbatas pada Keppres, Tap MPR,
Undang-undang, hasil dari penelitian, berita di media, arsip, buku, juga bisa
dijadikan sebagai dokumen, tetapi juga harus mempertimbangkan validitas dari
data-data tersebut.
a. Koran atau majalah
Koran
atau majalah menyediakan informasi cukup memadai untuk kebutuhan riset dokumen.
Informasi surat kabar cukup layak dijadikan sumber data otentik (terlepas bila
mengandung kesalahan informasi), riset dokumen yang dilakukan mempelajari
terhadap berbagai pemberitaan dari reportase yang obyektif, teks berita foto
(caption), dan tulisan opini.
Teknik
penelusuran data melalui Koran atau majalah ialah :
Melalui system kartu indeks
perpustakaan
Melalui system kartu indeks yang
diterbitkan oleh sindikasi
b. Buku
Pencarian
data melalui buku terkait dengan kredibilitas penulisnya, penerbitnya, dan
tahun-tahun revisi penerbitannya.Juga memeriksa keterangan data-data statistic
yang dikutip, apakah dari abstraksi data yang terbaru buku layak dijadikan
sumber data karena buku biasanya memuat bahasan-bahasan yang mendalam dan
cakupan pemahaman yang luas.
Bebrapa referensi buku yang bisa dimanfaatkan
Kamus
Ensiklopedi
Biografi
Tesis/disertasi
Jurnal
Internet
Peran Pers (menurut Bernard J. Cohen)
-informer: menjadi mata dan telinga publik
-interpreter: memberi penafsiran terhadap suatu peristiwa
-representative of public: wakil dari publik
-watchdog: peran jaga
-pembuat kebijaksanaan dan adokasi
Watak Wartawan
menjalani profesi sebagai jalan hidup
memiliki tujuan mulia
tidak arogan
bekerja akurat
bekerja cepat jujur terhadap kebenaran
-informer: menjadi mata dan telinga publik
-interpreter: memberi penafsiran terhadap suatu peristiwa
-representative of public: wakil dari publik
-watchdog: peran jaga
-pembuat kebijaksanaan dan adokasi
Watak Wartawan
menjalani profesi sebagai jalan hidup
memiliki tujuan mulia
tidak arogan
bekerja akurat
bekerja cepat jujur terhadap kebenaran
BAB
III
BENTUK
PENULISAN BERITA
A. Straight News
Straight
news atau sering juga disebut berita langsung merupakan bentuk penulisan berita
yang paling sederhana, hanya dengan menyajikan unsure 4W (what, who,
when, where) maka tulisan tersebut bisa langsung menjadi berita. Namun
bukan berarti straight news menafikan unsure why dan how. Karena
itu bentuk penyajiannya pun juga diatur sedemikian rupa, sehingga khalayak
pembaca bisa mengetahui pesan utama yang terkandung dalam berita itu tanpa
perlu membaca seluruh isi berita. Pola penulisan straight news sering dipakai
oleh media-media massa yang punya masa edar harian. Selanjutnya untuk media-media
massa yang terbit berkala banyak memakai pola penulisan feature, depth news
(indepht reporting maupun investigative reporting).
Permasalahnnya
sekarang fakta yang bagaimana yang biasanya ditulis dengan bentuk straight
news.Tidak semua fakta bisa ditulis dengan bentuk straight news.karena straight
news sangat terikat dengan unsure kebaruan (aktualita). Maka suatu fakta itu
dituls dengan bentuk straight news;
a. informasi/berita tentang peristiwa
dan buku fenomena ataupun kasus. Akhirnya kejadian yang hanya sekali itu saja
terjadi.Bukan kejadian yang terjadi secara berlanjutan.Misalnya kecelakaan lalu
lintas, kejahatan, pergantian pejabat, dsb.
b. informasi atau berita itu
penting untuk segera diketahui khalayak
c. baru (actual)
B. Depth News
Tulisan
ini lazim disebut “laporan mendalam, di gunakan untuk menuliskan permasalahan
(yang penting dan menarik) secara lebih lengkap, bersifat mendalam dan
analitis, dimensinya lebih luas, yang di jadikan berita biasanya suatu kasus
maupun fenomena.Laporan ini ditulis berdasarkan hasil liputan terencana, dan
membutuhkan waktu panjang. Karena merupakan hasil liputan terencana, maka
diperlukan persiapan yang matang, sehingga dalam penuilsan in-Depth reporting
ini membutuhkan out line sebagai kerangka acuan dalam
penggalian data sampai analisa data.
Dalam
Depth news materi penulisan berita penekanannya pada unsur How(bagaimana)
dan why (mengapa). Mencari dan memaparkan jawaban How dan Way secara
lebih rinci dan banyak dimensi
a. Karakteristik Depth News
Srukturnya balok tegak
Deskripsinya analitis, banyak
mengungkapkan fakta-fakta penting dan pendukung untuk kejelasan berita
lenggang cerita mengikat
(berkesinambungan) antara paragraph sebelum dan sesudahnya
Lebih mendalam dalam menguraikan
fakta.
b. Pembuatan Perencanaa Liputan
(Outline)
Karena
pemberitaan dalam model depth news lebih menekankan pada unsure why dan how, maka
dibutuhkan kedalaman dalam mengurai realitas.Supaya dalam penguraian realitas
tidak terjadi pembiasan/pelebaran, dalam artian tetap focus dalam meguarai
suatu realitas, maka amat dibutuhkan kerangka (Outline) sebagai
acuan dalam mengurai realitas tersebut, mulai dari pengumpulan/pengalian data
sampai penganalisaan data, sebelum dijadikan tulisan.
Adapun
dalam pembuatan Outline, kita tidak kosong terhadap realitas (kasus atau
fenomena) yang akan diurai. Penegtahuan awal tentang fenomena yang akan diurai
akan sangat membantu dalam pembacaan fenomena tersebut. Karena tidak mungkin
seluruh uraian fenomena yang disajikan dalam tulisan, maka dalam
outlinnya ditentukan sisi mana (angle) yang akan diurai dan disajikan
secara mendalam.
Sedangkan
enggle di maksudkan sebagai penentu batasan-batasan fenomena yang akan diurai
sehingga dalam mengurai dan menganalisa sebuah fenomena tetap terfokus pada
batasan yang telah di rencanakan dan tidak melebar kemana-mana yang hanya akan
menjadikan pembiasan dalam penguraian dan penganalisaan.
Sebagai
kerangka acuan dalam liputan mendalam Out Line juga memuat perencanaan
(ketentuan) data-data yang akan diacri. Dan untuk data yang di rencanakan
melalui wawancara, ditentukan pula poin-poin pertanyaan (drafting) secara garis
besarnya.
C. Features
Penulisan
ini lazim di sebut berita kisah (narasi) atau cerita pendek non fiksi.Dikatakan
non fiksi karena tetap berdasarkan pula fakta. Features juga sering disebut
berita ringan (soft news) karena gaya penulisannya yang indah memikat, naratif,
proasis, imajinatif dan bahasanya lugas.
Biasanya
featuers ini mengggunakan suatu peristiwa (realitas social) yang biasanya tidak
terlalu menjadi perhatian public dan isinya lebih menekankan pada sisi human
interest (menarik minat dan perasaan khalayak pembaca) model features dalam
penulisan berita tidak terikat aktualitas.
Namun
dalam menulis features dibutuhkan kepekaan dan ketajaman menangkap fenomena
dalam realitas social melalui pengamatan dan wawancara yang mendalam, serta
riset dokumentasi yang cermat.
a. Ragam Features
Historikal Features
Menceritakan
kejadian-kejadian yang menonjol pada waktu yang telah lewat, tetapi mesih
mempunyai nilai human interest.
Profile Feature
Mengemukakan
pengalaman pribadi seseorang atau kelompok.Khalayak pembaca bisa mengetahui
sepak terjang tokoh tersebut, motivasinya, wawasannya, kerangka berfikirnya.Dan
dikemas seolah-olah ‘kisah pengakuan diri’ dari orang yang bersangkutan.
Adventures Features
Menyajikan
kejadian unik dan menarik yang dialami seseorang atau kelompok dalam perjalanan
kesuatu daerah tertentu, baik tentang alam maupun masyarakat.
Trend features
Mengungkapkan
kisah tentang kehidupan sekelompok anak manusia ataupun perubahan gaya hidupnya
dalam proses transformasi social.
Seasonal Features
Mengisahkan
aspek baru dari suatu peristiwa teragenda, seperti saat lebaran, natal,
peringatan hari lahir tokoh nasional dan sebagainya.
How-to-do-it Feature
Mengungkapkan
bagaimana suatu perbuatan atau kegiatan dilakukan, seperti tulisan tentang
pemanfaatan daun sereh sebagai obat keluarga atau bagaimana cara menghapuskan
virus computer.
Explanatori/Backgrounder Feature
Mengisahkan
suatu yang terjadi dibalik peristiwa atau penjelasan mengapa hal itu terjadi,
misalkan tentang pemogokan buruh, mengapa pemogokan itu terjadi, sebab apa yang
melatar belakangi pemogokan.
Human Interest Feature
Menceritakan
tentang kisah hidup anak manusia yang menyentuh perasaan, seperti seorang
mahasiswa yang terus kuliah dengan mengandalkan hasil kerngatnya
sendiri.Penulisan ini ditekankan pada tingkah laku hidupnya bukan personnya.
a. Karakteristik Features
Teras Berita (Lead) bebas asal tetap
menarik
Strukturnya bebas tapi tetap ringkas dan terus menarik
Bagian akhir tulisan dapat meningalkan pesan pada pembaca,
artinya dapat membuat pembaca tersenyum, tertawa, berdecap, bagian akhir yang
demikian disebut Punch.
Lenggang cerita terkesan santai
Deskripsi bervariasi, mengungkapkan detil-detil yang
menyentuh atau yang membangkitkan emosi.
D. Pembuatan
Opini, Tajuk Rencana (Editorial)
Artikel,
Kolom (Essai) dan resensi
Pembuatan
antara opini, tajuk rencana, artikel, kolom dan resensi mempunyai spesifikasi
masing-masing yang sangat berbeda. Antara satu tema rubrik tajuk opini pasti
akan berbeda dengan rubric opini, begitupun yang lainnya. Sehingga dibawah ini
akan dipaparkan spesifikasi masing-masing.
a. Opini
Bila
berita sebagai hasil konstuksi dari peristiwa (fakta) dan dituntut obyektif
dalam penyajiannya, maka tidak demikian halnya dengan opini.Opini bukan
merupakan konstruksi peristiwa, tetapi lebih pada penilaian terhadap peristiwa
(fakta), jadi terdapat unsure-unsur subyektifitas penulis dalam
penyajiannya.Penulisannya tidak berdasarkan pada 5W+IH sebagaimana berita.
Langkaha
awal yang harus dilakukan sebelum mengumpulkan bahan dan menulis opini dalah
menentukan tema (problem yang akan diurai). Tema merupakan bentangan
benang-merah dalam benak penulis yang menggambarkan tujuan tulisan, merupakan
gagasan pokok. Tanpa tema tulisan opini tidak akan utuh dan menentu arahnya.
Ada beberapa bentuk penulisan opini dalam jurnalistik; artikel, kolom, esai,
resensi.Beberapa bentuk tulisan tersebut lazimnya merupakan ruang bagi pembaca.
Selain
bentuk-bentuk tersebut masih ada penilisan lain yang disebut opini. Namun,
opini ini lebih merupakan pendapat media bersangkutan terhadap realitas yang
berkembang.Salah satunya adalah editorial/tajuk yang merupakan penilaian atau
analisa dari redaksi tentang situasi dan berbagai masalah. Juga ada pojok, ia
merupakan tulisan tanpa sentilan, sindiran terhadap realitas yang ditulis
dengan gaya satire, lucu, kocak. Dan karikatur juga merupakan penilaian redaksi
terhadap realitas, ia tidak jauh beda dengan pojok, namun diungkapakn melalui
gambar/kartun.
b. Syarat-syarat Opini
Orsinil
Faktual,
Aktual
Bersifat
ilmiah
Sistematis
Mengandung
gagasan atau ide
Menggunakan
bahasa yang baik dan benar (Sesuai dengan kaidah bahasa, baik Indonesia ataupun
serapan).
c. Tajuk
Rencana (Editorial)
Suatu
karya tulis yang merupakan pandangan redaksi terhadap suatu fakta/realitas,
karena merupakan pandangan redaksi maka tajuk bersangkutan dengan penilaian
redaksi.Tajuk rencana memuat fakta dan opini yang disusun secara ringkas dan
logis.
Yang
perlu diperhatikan dalam membuat tajuk
Judul
yang sifatnya meghimbau pembaca
Kalimat
untuk lead (paragraf awal) tidak terlalu panjang
Tajuk
rencana yang baik mengandung keseimbangan antara hasil karya seorang ilmuan dan
seorang seniman.Denga jiwa ilmuan, dimaksudkan dalam menentukan dan menganalisa
problema bersifat logis, sangat mempertimbangakn temuan-temuan dalam mengurai problem.Dengan
semangat seniman, dimaksudkan lebih pada penyajian hasil analisa dalam bentuk
tulisan agar lebih enak dibaca.
d. Artikel
Merupakan
karya jurnalisik yang mempunyai karya ilmiah.Ada juga yang mengatakan artikel
merupakan karya ilmiah.Kenapa? Dalam artikel susunan penulisannya seperti
halnya karya ilmiah: ada batasan-batasan permasalahannya yang diungkapkan untuk
selanjutnya diurai dalam tulisan, juga dimungkinkan ada problem solfing.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa-bahasa ilmiah-baku, namun tidak kaku. Jadi
dalam menulis artikel langkah utama adalah menentukan permasalahan yang akan
diurai (tema). Mensistematiskan supaya lebih mudah untuk ditarik benang
merah.Ini perlu diperhatikan dalam menulis artikel.
Tema
dalam bahasan artikel bisa berupa apa saja, dari teknologi sampai politik, dari
masalah yanglebih kecil sampai pada masalah yang paling besar.
e. Kolom
/ Essai
Sama
halnya dengan artikel, menulis kolom diperlukan menentukan permasalahan yang
akan diurai, juga sistematisasi permasalahan untuk ditarik benang merah. Ini
dimaksudkan untuk menjadikan lebih terarah.Dalam penulisannya, kolom tidak
ketat seperti artikel. Bahasa yang digunakan lebih lentur, mudah dipahami,
terkesan santai dalam memaparkan idenya
Dalam
essai lebih longgar lagi dan tulisannya lebih pendek dari kolom.Biasanya
karakter penulis tercerminkan dalam tulisan essai kekhasan personal lebih
ditonjolkan. Sama halnya dengan kolom dalam memaparkan idenya terkesan santai,
bahasanya lentur,alur bahasa lebih lugas. Juga seperti halnya dalam penulisan
opini yang lain, ada permasalahan yang diuraikan.
f. Resensi
Resensi
merupakan bentuk tulisan dalam hal pengambaran/analisa terhadap sebuah
teks.Teks disini bisa berupa buku, film, teater, maupun lagu. Sebagian menyebut
resensi sama halnya dengan synopsis, pengambaran secara global tentang teks.
Tapi sebenarnya tidak sama, karena dalam resensi ada sedikit sentuhan analisa
penulis dan seorang resensor harus berlaku subyektif mungkin dalam
menggambarkan atau menganalisa teks.
BAB
IV
PENULISAN
BERITA
A. Membuat Judul
Judul
berita memang bukan merupakan hal yang urgen dalam penulisan berita.Tapi bisa
menjadi hal yang vital.Sebelum membaca isi berita pembaca cenderung membaca
judulnya lebih awal. Ketika judul tidak menarik, pembaca akan enggan untuk
membaca isinya.
Maka
usahakan dalam membuat judul mudah dimengerti dengan sekali baca, juga menarik,
sehingga mendorong pembaca mengetahui lebih lanjut isi berita.Tapi judul yang
menarik belum tentu benar dalam kaidah penulisan judul.Pada dasarnya judul
seharusnya mencerminkan isi berita.Jadi disamping mencerminkan isi dan
menarik.Judul perlu kejelasan asosiatif setiap unsure subjek, objek dan
keterangan.
Selain
itu dalam menuliskan judul juga bisa menggunakan kalimat langsung, artinya
mengutip langsung ungkapan dari narasumber.Biasanya suatu pernyataan itu
mengarah subjek yang melontarkan, untuk menjelaskan subjek (nama-nama
narasumber atau sebuah kegiatan maka digunakan kickers (pra judul). Atau jika
tidak menggunakan kickers, penulisan judul dalam dua tanda petik.
B. Pembuatan Lead
Lead
merupakan paragraph awal dalam tulisan berita yang berfungsi sebagai kail
sebelum masuk pada uraian dalam tulisan berita. Ada beberapa maca lead yang
bisa digunakan dalam menulis berita:
a.
Lead ringkasan: Biasanya dipakai
dalam penulisan “Berita keras”. Yang ditulis inti beritanya saja, sedangkan
interesting reader diserahkan kepada pembaca, lead ini digunakan karena adanya
persoalan yang kuat dan menarik.
b.
Lead bercerita: Ini digemari
oleh penulis cerita fiksi karena dapat mebarik dan membenamkan pembaca alur
yang mengasikkan. Tekhniknya adalah membiarkan pembaca menjadi tokoh utama
dalam cerita.
c.
Lead pertanyaan: Lead ini efektif
apabila berhasil menantang pengetahuan pemabaca dalam mengenal permasalah yang
diangkat.
d.
Lead menuding langsung: Biasanaya
melibatkan langsung pembaca secara pribadi, rasa ingin tahu mereka sebagai
manusia diusik oleh penudingan lead oleh penulis.
e.
Lead Penggoda: Mengelabui pembaca
dengan acara bergurau. Tujuan utamanya menggaet perhatian pembaca dan
menuntunnya supaya pembaca habis cerita yang ditawarkan.
f.
Lead Nyetuk: Lead yang menggunakan
puisi, pantun, lagu atau yang lain. Tujuannya menarik pembaca agar menuntaskan
cerita yang kita atawrkan. Gays lead ini sangat has dan ekstrim dalam
bertingkah.
g.
Lead Deskriptif: Menciptakan
gambaran dalam pikiran pembaca tentang seorang tokoh atau suatu kejadian, Lead
ini banyak digemari wartawan ketka menulis feature profil
pribadi.
h.
Lead Kutipan: Lead yang mengutip
perkataan, statement, teori dari orang terkenal.
i.
Lead Gabungan: Lead yang
menggabungkan dua atau lebih macam lead yang sudah ada. Semisal lead kutipan
digabung dengan lead deskriptif.
C. Pembuatan
Ending
Untuk
menutup ending atau ending story, ada beberapa jenis:
a.
Penyegar: penuto yang biasanya
diahiri kata-kata yang mengagetkan pembaca dan seolah-olah terlonjak
b.
Klimaks: penutup ini ditemukan pada
cerita yang ditulis secara kronologis.
c.
Tidak ada penyelesaian: penulis
mengahiri cerita dengan memberikan sebuah pertanyaan pokok yang takterjawab.
Jawaban diserahkan pada pembaca untuk membuat solusi atau tanggapan
tentang permasalahan yanga ada.
D. Alur Penulisan
Kita
sering membaca sebuah tulisan, tapi setelah selesai kita tidak tahu apa yang
dikatakan dan yang dimaksud oleh tulisan tersebut. Dalam kasus ini, sebagai
penulis ia gagal msnyampaikan ide/pikiran pada pembaca. Ada dua kemungkinan
kenapa pembaca tidak memahami tulisan tersebut.Pertama bahasa yang digunakan
penulis.Kedua, alur tulisan yang tidak terarah.Jika yang terjadi adalah factor
kedua maka penulis telah melakukan kesalahan yang sangat fatal.
Ada
beberapa hal yang dapat dijadikan acuan:
a. Sebab-
akibat
b. Akibat- sebab
c. Diskriptif-kronologis
E. Bahasa Jurnalistik
Bahasa
jurnalistik sewajarnya didasarkan atas terbatasnya ruang dan waktu.Salah satu
sifat dasar jurnalisme menghendaki kemampuan komunikasi capat dalam ruang dan
waktu yang relative terbatas.Dengan demikian diobutuhkan suatu bahasa
jurnalistik yang lebih efisien.Dengan efisien dimaksudkan lebih hemat dan lebih
jelas.
Asas
hemat dan jelas ini sangat penting buat seorang jurnalis dalam usaha kearah
efisiensi dan kejelasan dalam tulisan.Penghematan diarahkan kepada penghematan
ruang dan waktu.Ini bisa dilakukakn didua lapisan. (1) unsur kata, dan (2)
unsur kalimat.
a. Penghematan.
Unsur Kata
1. Beberapa kata indinesia sebenarnya
bisa dihemat tanpa mengorbankan tata bahasa dan jelasnya arti. Misalnya
Agar supaya menjadi agar, supaya
Akan tetapi menjadi tapi
Apabila menjadi bila
Sehingga menjadi hingga
Meskipun menjadi meski
Walaupun menjadi walau
Tidak menjadi tak (kecuali diujung kalimat
atau berdiri sendiri)
2. Kata daripada atau dari
pada juga bisa disingkat jadi dari misalnya:
”
keadaan lebih baik dari pada zaman sebelum perang”, menjadi “keadaan lebih baik
dari sebelum perang”, tapi mungkin masih janggal mengatakan:: “dari hidup
berputi mata, lebih baik mati berputih tulang”.
3. Beberapa kata mempunyai sinonim yang
lebih pendek. Misalnya:
Kemudian = lalu
Makin = kian
Terkejut = kaget
Sangat = amat
Demikian = begitu
Sekarang = kini
catatan: dua kata yang bersamaan arti belum tentu bersamaan efek,
sebab bahasa bukan hanya soal perasaan. Jadi dalam soal memilih sinonim pendek
perlu mempertimbangkan rasa bahasa.
b. Penghematan Unsur Kalimat
Lebih
efektif penghematan kata adalah penghematan melalui struktur kalimat.Banyak
contoh pembuatan kalimat dengan pemborosan kata.
1. Pemakaian
kata yang sebenarnya tak perlu, diawal kalimat, misalnya:
“adalah merupakan kenyataan, bahwa
pencaturan politik internasional berubah-ubah setiap zaman”. (bisa disingkat:
“merupakan kenyataan, bahwa………….”)
“apa yang dikatakan Wijoyo
Nitisastro sudah jelas. (bisa disingkat: ” yang dikatakan Wijoyo Nitisastro”).
2. Pemakaian
apakah atau apa (mungkin pengaruh bahasa daerah) yang sebenarnya bisa ditiadakan
misalnya:
“apakah Indonesia akan terus
tergantung pada bantuan luar negeri” (bisa disingkat: “akan terus
tergantungkah Indonesia”)
“baik kita lihat, apa(kah) dia
dirumah atau tidak, bisa disingkat “baik kita lihat dia dirumah atau tidak”
3. Pemakaian dari sepadan
dengan of (inggris) dalam hubungan milik yang
sebenarnya bisa ditiadakan: juga dari pada misalnya:
” dalam hal ini pengertian dari
pemerintah diperlukan” bisa disingkat:” dalam hal ini pengertian pemerintah
diperlukan”.
“sintaksis adalah bagian dari
pada tata bahasa” bisa disingkat: “sintaksis adalah bagian tata bahasa”.
4. Pemakaian
untuk sepadan dalam to (inggris) yang sebenarnya dapat
ditiadakan. Misalnya:
“Unisoviet cenderung untuk mengakui
hak-hak India “, bisa disingkat “Unisoviet cenderung megakui hak-hak India”.
“pendirian semacam itu
mudah untuk dipahami” menjadi “pendirian semacam itu mudah
dipahami”.
Catatan:Dalam kalimat: “mereka setuju untuk tidak setuju”,
kata untuk demi kejelasan dipertahankan
5. Pemakaian adalah sepadan dengan is atau are (inggris)
tak selamanya perlu: misalnya:”kera adalah binatang pemamah biak”
bisa disingkat “kera binatang pemamah biak”.
Catatan: dalam struktur kalimat lama, adalah ditiadakan,
tapi kata itu ditambahkan, misalnya dalam kalimat: “pikir itu pelita hati”.
Kita bisa memakainya meski lebih baik dihindari, misalnyakalua kita harus
menerjemahkan “man is a better driver than women“, bisa mengacaukan bila
disalin:”pria itu pengemudi yang lebih baik dari pada wanita”.
6. Pembunuhan akan,
telah, sedang sebagai penunjuk waktu sebenarnya bisa dihapuskan, kalau
ada keterangan waktu. Misalnya:
“presiden besok akan meninjau
pabrik ban Goodyear” bisa disingkat “presiden besok meninjau
pabrik”
“tadi telah dikatakan………” bisa
disingkat “tadi dikatakan”
“kini Clay sedang sibuk
mempersiapkan diri ” bisa disingkat “kini Clay mempersiapkan diri”
7. Pembunuhan bahwa sering
bisa ditiadakan, misalnya:
“Gubernur Ali Sadikin membantah
desas desus yang mengatakan bahwa ia akan diganti”.
“Tidak diragukan lagi bahwa ialah
orang yang tepat” bisa disingkat “tidak diragukan ia lah orangnya yang tepat”.
Catatan: sebagai ganti bahwa ditaruhkan koma, atau
pembuka (;), bila perlu
8. Yang, sebagai
penghubung kata benda dengan kata sifat, kadang juga bisa ditiadakan dalam
konteks kalimat tettentu misalnya:
“Indinesia harus menjadi tetangga
yang baik dari Australia” bisa disingkat “Indonesia harus menjadi
tetangga baik dari Australia”
“kami adalah pewaris yang sah dari
kebudayaan dunia”
9. Pembentukan
kata benda (ke +…+ an atau pe +…+ an) yang berasal dari kata kerja kata sifat,
kadang meski tak selamanya menambah beban kalimat dengan kata yang sebenarnya
tak perlu. Misalnya:
“PN sedang menderita
kerugian Rp. 3 juta” bisa disingkat ” PN sedang rugi Rp.
3 juta”.
“ia telah tiga kali melakukan
penipuan tehadap saya” bisa disingkat ” ia telah tiga kali menipuan tehadap
saya”.
c. Kejelasan
Setelah
dikemukakan 16 pasal yang merupakan pedoman dasar bagaimana penghematan dalam
menulis, dibawah ini pedoman dasar kejelasan dalam menulis. Menulis secara
jelas membutuhkan perasyarat:
Penulisan harus memahami betul soal yang mau ditulisnya,
bukan pura-pura paham atau belum yakin benar akan pengetahuan sendiri.
Penulis harus punya kesadaran tentang pembaca.
Kejelasan Unsur Kata
1. Berhemat dengan kata-kata asing.
Dewasa
ini begitu derasnya arus istilah-istilah asing dalam pers kita. Misalnya: income
percapita, meet the press, steam-bath,midnight show, project officer, floating
mass, program-oriented, floor-price, City Hall, upgrading, the best photo of
the year, reshuffle, approach, single, seeded.dan lain lagi.
Kata-kata itu sebenarnya bisa diterjemahkan, tapi dibiarkan begitu saja sementara
diketahui bahwa tingkat pelajaran bahasa inggris sedang merosot, bisa
diperhitungkan sebentar lagi pembaca Koran Indonesia akan terasing dari
informasi, mengingat timbulnya jarak bahasa yang kian melebar. Apalagi jika i
diingat rakyat rakyat kebanyakan memahami bahasa inggris sepatahpun tidak.
Sebelum
terlambat, ikhtiar menterjemah kata-kata asing yang relative mudah diterjemah
harus segera dimulai. Tapi sementara ini diakui perkembangan bahasa tak berdiri
sendiri melainkan di topang perkembangan sector kebudayaan lain. Maka sulitlah
kita mencari terjemah dari lunar module feasibility study, after shafe-lotion,,
drive-in, pant-sul dari perbendaharaan kata-kata asing.
Tehnical
know-how, backhand drive, smash, slow motion, enterperneur, boom, longplay,
crash program, buffet dinner, double-breast, dll.Karena pengertian-pengertian
itu tak berasal dari perbendaharaan cultural kita.Walau ikhtiar mencari salinan
Indonesia yang tepat dan enak (misalnya bell-bottom dengan “cutbray”)
tetap perlu.
2. Menghindari Sejauh Mungkin Akronim
Setiap
bahasa mempunyai akronim tapi agaknya sejak lima belas tahun yang kemarin,
berbahasa Indonesia bertambah gemar mempergunakan akronim, hingga sampai
hal-hal yang kurang perlu. Akronim mempunyai manfaat menyingkap ucapan dan
penulisan dengan cara dan mudah diingat. Dalam bahasa Indonesia, yang kata-katanya
bersuku, kata tunggal, dan yang rata-rata dituliskan dengan banyak huruf, dan
kecenderungan membentuk akronim lumrah “Hankam”, “Bappenas”, “Daswati”,
“Humas”, memang lebih ringkas dari “pertahanan dan keamanan”, “Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional”, “Daerah Swantara Tingkat”, dan “Hubungan
Masyarakat”
Tapi
kiranya akan teramat membingungkan kalau kita seenaknya saja membikin akronim
sendiri dan selalu sering, disamping itu, perlu diingat ada yang membuat
akronim untuk alat praktis dalam dinas (misalnya yang dilakukan kalangan
ketentaraan) ada yang membaut akronim untuk bergurau, mengejek, dan mencoba
lucu (misalnya dikalangan remaja sehari-hari: (ortu) untuk (orang tua), (keruk
nasi) untuk (kerukunan nasional). Tapi ada juga yang membaut akronim atau menciptakan
efek propaganda dalam permusuhan politik, misalkan: (manikebu) untuk (
manifestasi kebudayaan), (Nikolin) untuk (neo kolonialisme), (cinkom) untuk
(cina komunis), (asu) untuk (Ali Suracman).
Bahasa
jurnalistik dari sikap objektif, seharusnya menghindarkan akronim jenis yang
terakhir.Akronim bahas apojok sebaiknya juga dihindarkan dari bahasa
pemberitaan, misalnya (Djagung) untuk (jaksa agung). (Gepeng) untuk (gerakan
penghematan), (sas-sus) untuk (desas desus). Karena akronim bisa menghamburkan
pengertian kata-kata yang diakronimkan
Kejelasan unsur kalimat
Seperti
halnya dalam asas penghematan, asas kejelasan juga lebih efektif jika
dilakukan dalam struktur kalimat. Satu-satunya untuk itu ialah dihindarkannya
kalimat-kalimat majemuk yang paling panjang kalimatnya: terlebih-lebih lagi
jika kalimat majemuk itu bercucu kalimat.
Komentar
Posting Komentar